INFOLADISHA – Meski musim libur Idulfitri 2025 baru saja berlalu, para pelaku industri perhotelan justru tengah menghadapi tekanan berat.
Harapan akan meningkatnya tingkat hunian selama momen lebaran ternyata jauh dari kenyataan. Sinyal kelesuan mulai tampak dan makin mengkhawatirkan.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, mengungkapkan bahwa kinerja operasional hotel-hotel di berbagai daerah terus menurun.
Salah satu penyebab utamanya adalah melemahnya daya beli masyarakat.
“Sebagian besar masyarakat menahan diri untuk beraktivitas di sektor pariwisata, terutama untuk menginap di hotel,” ujarnya.
Penurunan ini turut tercermin dari data PHRI yang mencatat bahwa tingkat keterisian kamar hotel selama libur Idulfitri tahun ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bahkan, jumlah pemudik pun ikut menurun, yang memperkuat dugaan bahwa banyak masyarakat kini lebih memilih menghemat pengeluaran.
Namun, bukan hanya faktor masyarakat yang menjadi perhatian. Maulana menambahkan bahwa tekanan juga datang dari sisi pemerintah.
Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan kementerian dan lembaga membuat kegiatan dinas, rapat, hingga konferensi yang biasanya diselenggarakan di hotel menjadi sangat terbatas.
“Efisiensi anggaran ini berdampak besar pada industri akomodasi. Banyak kementerian, lembaga, bahkan pemerintah daerah yang belum melakukan banyak kegiatan,” jelasnya.
Bukan tanpa alasan kekhawatiran itu muncul. Kontribusi kegiatan pemerintah terhadap pendapatan hotel ternyata sangat besar.