INFOLADISHA — Pemerintah memastikan tidak akan membatasi ekspor kelapa meskipun harga komoditas ini tengah melonjak di pasar domestik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menilai pembatasan bukan solusi tepat. Sebaliknya, ia mendorong peningkatan produksi sebagai langkah jangka panjang.
“Kalau harga kelapa mahal, itu bagus buat petani. Solusinya bukan menghentikan ekspor, tapi tanam lebih banyak,” ujar Zulhas saat ditemui di Jakarta, Kamis (16/5/2025).
Menurutnya, tingginya permintaan ekspor, terutama dari China, justru menjadi peluang besar bagi petani Indonesia untuk meningkatkan pendapatan.
Ia menjelaskan bahwa saat ini kelapa Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai bahan alternatif susu, khususnya dalam minuman seperti kopi, yang membuat permintaan global terus meningkat.
“Sekarang di China, kopi bukan pakai susu, tapi santan kelapa. Itu sebabnya kelapa jadi mahal dan dicari,” beber Zulhas.
Pernyataan Zulhas sekaligus menanggapi usulan dari beberapa kementerian yang mendorong langkah pengendalian harga kelapa di dalam negeri.
Menteri Perdagangan Budi Santoso sebelumnya mengusulkan penerapan pungutan ekspor (PE) terhadap kelapa bulat.
Sementara Kementerian Perindustrian menyarankan moratorium ekspor selama 3–6 bulan guna menjaga pasokan untuk industri pengolahan dalam negeri yang mulai tertekan.
Bahkan, Dirjen Industri Agro Kemenperin memperingatkan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) jika pasokan bahan baku tak segera distabilkan.








