INFOLADISHA – Ramai di media sosial baru-baru ini, sebuah riset menyoroti adanya cemaran mikroplastik pada teh celup Indonesia.
Mikroplastik pada teh celup disebut terlepas dari kemasan teh celup, baik saat diseduh dalam air panas 95 derajat Celcius, maupun saat teh hanya diaduk dalam air dengan suhu panas yang sama.
Soal mikroplastik pada teh celup Indonesia, peneliti menyarankan produsen untuk melakukan pergantian produk kemasan teh celup, yang semula menggunakan kantong, kembali ke cara lama dengan langsung menyeduh teh daun asli.
Masyarakat kemudian bisa memakai saringan stainless steel, teko, hingga french press untuk menikmati teh.
Ada kekhawatiran mikroplastik yang masuk ke tubuh bisa terbawa ke berbagai organ termasuk otot, hati, ginjal, jantung, hingga otak.
Koordinator Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Eka Rosmalasari menyebut pihaknya masih mendalami laporan tersebut.
“Kami masih melakukan penelusuran sehingga belum bisa memberikan jawaban,” tutur Eka.
Sebelumnya, BPOM pernah menanggapi kabar serupa pada 2016. Melalui siaran pers pada saat itu, BPOM menjelaskan kantong teh celup umumnya terbuat dari kertas dan plastik, bisa berupa jenis kraft dilapisi plastik polietilen.
Plastik ini berfungsi dalam perekatan panas. BPOM RI mengklaim polietilen yang dipakai sebagai fungsi perekatan tidak meleleh pada suhu panas. Hal ini bisa terlihat saat kantong celup tidak terbuka selagi diseduh dengan air panas.
Selain dari kantong kertas, kantong teh celup juga ada yang terbuat dari plastik jenis nilon, polietilen tereftalat (PET) atau asam polilaktat (PLA). Teh celup yang terdaftar di BPOM disebut telah melalui evaluasi keamanan pangan, termasuk penilaian keamanan kemasan.