INFOLADISHA – Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memang jadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Tapi sayangnya, sektor ini lagi-lagi dihantui masalah.
Kali ini soal kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) yang terus naik, sementara laju penyaluran kredit justru melambat.
Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) di kuartal I 2025 ada di angka 6,6%.
Tapi, kredit ke UMKM per Mei 2025 cuma tumbuh 2,17% secara tahunan jadi Rp 1.572,1 triliun.
Angka ini turun dibanding bulan sebelumnya yang masih 2,6%, dan makin jauh kalau dibanding tahun 2022 yang sempat tumbuh double digit, 10,45%.
Yang bikin was-was, NPL UMKM terus menanjak. Mei lalu, NPL tercatat 4,49%, naik dibanding April 4,36% dan Desember 2024 yang masih 3,76%.
Artinya, ada sekitar Rp 70,58 triliun kredit UMKM yang bermasalah.
Padahal, jumlah nasabah kredit UMKM di Indonesia per Maret 2025 mencapai 13,13 juta. Itu termasuk 21,26 juta nasabah mikro, 1,68 juta nasabah usaha kecil, dan 180 ribu usaha menengah.
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai naiknya NPL ini nggak lepas dari tekanan ekonomi yang bikin pendapatan UMKM tertekan.
“Pendapatan turun, ya kemampuan bayar juga turun, akhirnya NPL naik,” kata Nailul, Minggu (22/6/2025).
Nailul mengingatkan, NPL UMKM sudah mendekati batas atas yang ditetapkan regulator di 5%.
Pemerintah diminta nggak tinggal diam dan segera meluncurkan program restrukturisasi pinjaman supaya pelaku usaha nggak makin terjepit.