INFOLADISHA – Pemerintah Indonesia tengah bersiap menghadapi salah satu negosiasi dagang penting tahun ini.
Fokusnya? Tarif impor sebesar 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap sejumlah produk asal Indonesia. Melalui tim lobi tingkat tinggi, Indonesia ingin memastikan negosiasi ini tak berhenti di meja pembicaraan, tapi menghasilkan langkah konkret yang bisa langsung dirasakan kedua negara.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia menargetkan hasil nyata dalam perundingan ini, bukan sekadar basa-basi diplomatik.
“Kami ingin pertemuan ini menghasilkan sesuatu yang bersifat konkret. Specific outcome itu lebih penting,” kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Negosiasi ini akan digelar pada 16–23 April 2025 di Washington DC, dengan delegasi Indonesia dipimpin langsung oleh Menko Airlangga, Menteri Luar Negeri Sugiono, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Mereka dijadwalkan bertemu sejumlah pejabat tinggi AS, termasuk dari United States Trade Representative (USTR), Kementerian Perdagangan, Luar Negeri, hingga Keuangan AS.
Airlangga menjelaskan, seperti halnya perundingan internasional lainnya, proses negosiasi tarif ini tidak akan selesai dalam satu kali pertemuan.
Dibutuhkan setidaknya dua hingga tiga putaran pembicaraan, mulai dari kesepakatan awal hingga penyusunan dokumen resmi.
Indonesia juga membuka kemungkinan untuk memperkuat hubungan dagang dengan AS melalui skema limited Free Trade Agreement (FTA), atau perjanjian perdagangan bebas terbatas.
